BENUA ANTARIKSA NEWS.COM – Suasana Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Mukomuko kembali mencekam. Disaat upacara bendera berlangsung, puluhan siswa disekolah tersebut melakukan aksi demontrasi dengan membawa spanduk sambil menggeber motor. Sehingga menjadi perhatian bagi siswa lainnya yang ikut upacara bendera sehingga upacara bendera langsung bubar.
Aksi demontrasi para siswa SMPN 10 Mukomuko ini menjadi perhatian pihak sekolah. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihak sekolah langsung menghubungi pihak kepolisian serta kecamatan dan desa.
Aksi demontrasi yang tidak seharusnya dilakukan kalangan pelajar ini juga menjadi perhatian pihak Dinas Pendidikan. Dimana pihak dinas langsung turun ke sekolah untuk meredamkan para siswa yang melakukan aksi demo.
Berdasarkan penulusuran awak media Benua Antariksa Newa.com, ada beberapa penyebab terjadinya siswa melakukan demo. Diantaranya siswa menuntut sekolah ini harus ada wali kelas dan kemudian menuntut kepala sekolah diganti.
“Berdasarkan penulusuran kita dilapangan ada beberapa tuntutan para siswa yang demo, salah satunya menuntut sekolah ini ada wali kelas. Inilah penyebab para siswa yang melakukan demo,” ujar Kapolsek Lubuk Pinang, AKP. Teguh Budiyanto, SE saat melakukan pengamanan di SMPN 10 Mukomuko, Senin (31/7/2023).
Lebih lanjut Kapolsek juga menyampaikan, bahwa pihaknya sangat menyanyangkan aksi demo yang seharusnya tidak patut dilakukan para siswa yang manyoritas di bawah umur. Seperti diketahui para siswa itu tugasnya hanya belajar.
“Kita harap aksi yang tidak patut dilakukan siswa ini jangan terulang kembali. Sebagai siswa tugasnya belajar dan berikan contoh yang baik,” harapnya.
Sementara Kepala SMPN 10 Mukomuko, Yeni Minarni saat dikonfirmasi membenarkan bahwa ada aksi demo yang dilakukan siswanya. Aksi demo para siswa ini menuntut dirinya yang saat ini menjabat sebagai kepala sekolah SMPN 10 Mukomuko, diganti. Kemudian para siwa juga menuntut sekolah ini harus ada wali kelas.
“Iya benar ada demo yang dilakukan siswa kita. Apa yang disampaikan siswa itu ada yang membidangi, seperti menggantikan saya sebagai kepala sekolah itu wewenangan bupati atau pemkab. Begitu juga membentuk wali kelas itu ada ketua kurikulumnya. Tidak mungkin semua permasalahan internal seperti wali kelas harus saya yang melaksanakan, itukan sudah ada ketua kurikulumnya,” pungkas Yeni.
Setelah dilakukan mediasi dan pengarahan dari pihak sekolah bersama pihak Disdikbud, Kecamatan dan pihak kepolisian. Suasana SMPN 10 Mukomuko sudah kondusif kembali dan siswa sudah masuk kelas melaksanakan kegiatan aktivitas seperti biasa. (Red)